Koes Ploes ( sejarah Singkat Bag 3 )
—
Sabtu, 03 Maret 2018
—
Add Comment
—
Info Musik
Rekor Album.
Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus,
ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus
mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album
"the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari
instrument asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian diisi
oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's.
Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6
album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini
pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka
bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini
merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes
Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.
Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat
memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris
dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun
1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup
lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960
sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album.
Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203
lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu
dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).
Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar
sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka
manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3
juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah
mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut
kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)
Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan
baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama
dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak
seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001). Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin
karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum
sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes
Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang
keluar tahun 1977.
Murry bersama groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak
dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali
terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah
itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda
dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang
memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini
tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir
setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.
Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu
ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan
ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak
mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka.
Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena
dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin.
Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin,
mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka
hasilkan. Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial
ini.
Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang
dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset
yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik
untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris
terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan
(Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus
manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka
harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai
beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin
mendengar kabar seperti ini. ( Tamat )
0 Response to "Koes Ploes ( sejarah Singkat Bag 3 )"