Koes Ploes ( Sejarah Singkat Bag 2 )
—
Sabtu, 03 Maret 2018
—
Add Comment
—
Info Musik
Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang
diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan
album serial volume 1, 2 dan seterusnya. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak
langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album
pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu
“Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu.
Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil
membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia
bekerja di pabrik gula sekalian main band bersama Gombloh dalam grup musik
Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke
Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari
album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”,
“Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta
Buta”, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.
Kiblat Musik Pop Indonesia
Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman,
maka group-group lain yang “seangkatan” seperti Favourites, Panbers, Mercy's,
D'Lloyd menjadikan Koes Plus sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu
meniru apa yang dilakukan Koes Plus, pembuatan album di luar pop Indonesia,
seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend group-group lain setelah Koes
Plus mengawalinya. "Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan
tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles"
“Lagu Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6),
“Mari-Mari” (Volume 7), “Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop
waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album
Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan
Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu “Bujangan” dan
“Kapan-Kapan” dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari
album Volume 11 dan “Cinta Buta” dari album Volume 12 )
Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop
Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga
anak-anak muda, yaitu “Tul Jaenak” dan “Ojo Nelongso”. Belum lagi lagu mereka
yang berirama melayu seperti “Mengapa”, “Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya
yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali di setiap album yang mereka
keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga susah melacak album
tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar
lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah
ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam
album-album mereka adalah “Dimita”.
Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi
oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan
lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih
berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan
album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum. Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam
Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa
Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu
“Derita” dan “Manis dan Sayang”.
0 Response to "Koes Ploes ( Sejarah Singkat Bag 2 )"